Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sketsa Di Dalam Kepalaku

Apa yang harus aku tulis?! Aku tidak begitu bagus dalam menulis. Tapi aku ingin menulis sesuatu, meski mungkin aku enggan membaca ulang tulisan ini di kemudian hari.

Hari ini seperti biasa otakku dipenuhi banyak sketsa, mereka semacam kalimat-kalimat yang berserakan, kadang nampak kadang hilang, mereka mengambang tidak rapi dalam sebuah ruang.


Kalimat-kalimat di dalam kepalaku itu aku ibaratkan bongkahan-bongkahan yang tidak aku ketahui akan aku jadikan apa. Nampak banyak potensi di dalam sana namun aku gagal membuatnya menjadi hal yang menarik.

Jangankan menjadi presentasi yang menarik, bahkan untuk membentuk sebuah teori singkat yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannyapun aku kesusahan.

Sketsa Di Dalam Kepalaku

Mungkin karena aku seorang pengangguran yang tidak mempunyai visi hingga banyak kalimat menyesaki ruang pemikiran. Beberapa dari kalimat berupa pertanyaan-pertanyaan liar, beberapa yang lain adalah ide yang tidak sanggup aku wujudkan dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk ucapan, tulisan atau pergerakan.

Kalimat-kalimat tersebut kadang saling menyahut hingga kadang menciptakan dialog mereka sendiri, dialog di dalam kepala. Dalam istilah yang kita spakati, mungkin ini yang disebut IMAJINASI.

Menyadari fakta ini, sakarang aku tidak begitu mengkhawatirkan orang yang suka berbicara dengan diri sendiri, mungkin kepala mereka juga dipenuhi dengan sektsa kalimat-kalimat yang hanya mereka sendiri yang bisa menerjemahkannya.

Saat aku menulis ini di dalam kepalaku ada beberapa kalimat tanya, salah satunya membuatku melamun. Kalimat itu sedang mempertanyakan "Siapa yang lebih beruntung antara Samul Bachri, Siti Nurbaya atau Datuk Maringgi?" Dalam kisah menyedihkan Siti Nurbaya.

Pertanyaan itu membuatku melamun, seandainya dahulu kala sebelum aku dilahirkan ke dunia ini Tuhan memberikanku pilihan tentang peranan apa yang ingin aku jalankan, maka sungguhkah aku dapat memilih?!

Aku tidak begitu yakin aku dapat memilih, maka pilihan yang terbaik yang bisa aku pilih mungkin adalah diam.

Banyak sektsa kalimat di dalam kepalaku, kalimat-kalimat yang berserakan yang seandianya aku bisa merangkainya dengan baik, mungkin itu akan menjadi satu paragraf teori atau opini yang menarik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarnnya.

Post a Comment for "Sketsa Di Dalam Kepalaku"